Jumat, 29 Oktober 2010

Banjir Dan Solusinya

BANJIR
Banjir ialah keadaan air yang menenggelami atau mengenangi sesuatu kawasan atau tempat yang luas.

Ciri ciri
Bencana banjir memiliki ciri-ciri dan akibat sebagai berikut.
  • Banjir biasanya terjadi saat hujan deras yang turun terus menerus sepanjang hari.
  • Air menggenangi tempat-tempat tertentu dengan ketinggian tertentu.
  • Banjir dapat mengakibatkan hanyutnya rumah-rumah, tanaman, hewan, dan manusia.
  • Banjir mengikis permukaan tanah sehingga terjadi endapan tanah di tempat-tempat yang rendah.
  • Banjir dapat mendangkalkan sungai, kolam, atau danau.
  • Sesudah banjir, lingkungan menjadi kotor oleh endapan tanah dan sampah.
  • Banjir dapat menyebabkan korban jiwa, luka berat, luka ringan, atau hilangnya orang.
  • Banjir dapat menyebabkan kerugian yg besar baik secara moril maupun materiil.
 Jenis-Jenis Banjir

Berdasarkan sumber air yang menjadi penampungan di bumi, jenis banjir dibedakan menjadi tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan banjir laut pasang.
  • Banjir Sungai
Terjadi karena air sungai meluap.
  • Banjir Danau
Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol.
  • Banjir Laut pasang
Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi.

Terjadinya Banjir
Secara umum, penyebab terjadinya banjir adalah sebagai berikut.
  • Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi,
  • Pendangkalan sungai,
  • Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai maupun gorong-gorong,
  • Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat,
  • Pembuatan tanggul yang kurang baik,
  • Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.

Berdasarkan fakta di lokasi sampel dan hasil kajian maka dapat diidentifikasi
beberapa penyebab banjir secara biofisik mencakup :
1. Curah hujan tinggi
2. Karakteristik DAS yang responsive terhadap banjir
3. Penyempitan saluran drainase
4. Perubahan penutupan lahan
Sedangkan secara sosial ekonomi dan budaya, banjir disebabkan :
1. Tidak tegasnya penegakan hukum
2. Perilaku masyarakat yang kurang sadar akan lingkungan
3. Timpangnya pembangunan
Curah hujan saat terjadinya banjir merata di semua tempat dan dengan intensitas
yang tinggi. Curah hujan harian berkisar dari 100 sampai 200 mm. Dengan curah hujan
yang begitu tinggi, vegetasi penutup yang ada tidak lagi bisa mengendalikan aliran
permukaan. Kondisi ini didukung oleh karakteristik DAS yang sangat terjal di daerah
hulu dan tiba-tiba menjadi datar di daerah hilir. DAS menjadi sangat responsive dalam
mengalirkan aliran permukaan. Di daerah hilir dengan perkembangannya yang sangat
pesat menyebabkan saluran drainase yang ada sudah tidak dapat lagi menampung aliran
permukaan yang dihasilkan di daerah hulu maupun daerah hilir sendiri. Akibatnya aliran
meluap menggenangi daerah di sekitarnya. Dengan semakin pesatnya pertumbuhan
penduduk maka perubahan penggunaan lahan hampir tidak dapat dihindari. Perubahan
penggunaan lahan tersebut dapat berupa perubahan dari lahan bervegetasi menjadi lahan
pemukiman ataupun dari tanaman keras menjadi tanaman semusim. Jika kondisinya tidak
berubah maka banjir akan terus terjadi dan makin besar, baik intensitasnya maupun luas
genangannya. Dari empat faktor fisik yang menyebabkan banjir, dua yang pertama sangat
sulit dirubah, sedangkan kesempatan merubah tinggal dua yang terakhir yaitu perbaikan
saluran drainase dan penanganan perubahan penggunaan lahan. Dari faktor sosial,
ekonomi dan budaya sebetulnya dapat dirubah semuanya tetapi membutuhkan kemauan
yang kuat dari semua elemen masyarakat dan durasi yang relatif lama.

Untuk penanganan banjir direkomendasikan menggunakan dua tahapan yaitu
jangka pendek dan jangka panjang

A. Jangka Pendek
1. Peningkatan kapasitas saluran drainase, dengan cara :
- Melarang bangunan di bantaran sungai
- Melebarkan dan memperlancar saluran drainase
2. Pembuatan dam penahan atau embung di daerah hulu yang disesuaikan dengan
kondisi geologisnya.
3. Mempertahankan situ-situ yang ada dan membangun kembali situ yang berubah
fungsi bila memungkinkan.
4. Pembuatan sumur resapan pada daerah-daerah hulu yang berstruktur geologi
bukan kapur.
5. Melakukan rehabilitasi daerah tangkapan air dengan lebih meningkatkan
aktivitas Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL).
6. Meningkatkan upaya penegakan hukum dan peraturan yang berkaitan dengan
lingkungan khususnya banjir.
Misal :
- Pelarangan bangunan di bantaran sungai
- Peraturan pembuangan sampah di sungai
- Kewajiban membuat resapan di perumahan
- Penerapan tata ruang yang ditetapkan secara lebih ketat
- Pembatasan secara ketat perubahan penggunaan lahan

B. Jangka Panjang
1. Penataan sistem kelembagaan pengelolaan DAS sehingga dapat diciptakan
kontrol sosial tentang perencanaan dan implementasi yang berkaitan dengan
pengelolaan DAS.
2. Pengembangan hutan rakyat di DAS bagian hulu untuk meningkatkan fungsi
hutan dalam hal pengendalian banjir.
3. Mengupayakan pemerataan pembangunan untuk mengurangi konsentrasi
penduduk di perkotaan.
4. Menyusun strategi penyuluhan lingkungan bagi masyarakat terdidik.
Beberapa catatan tentang upaya penanganan banjir yang perlu diperhatikan :
a. Banjir harus diakui terlebih dahulu sebagai fenomena yang dapat terjadi dan bukan
hanya gejala alam. Untuk itu banjir tidak perlu ditakuti tetapi harus disikapi dan
diupayakan penanganannya.
b. Diperlukan pengembangan kesadaran pada seluruh pihak terkait (institusi birokrasi,
institusi politik dan sektor swasta) untuk memberikan perhatian khusus terhadap
fenomena banjir dan mengupayakan penanganannya sesuai bidangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar