Senin, 29 November 2010

Prasangka diskriminasi dan etnosentrisme


Prasangka Diskriminasi dan Etnosentrisme

1.   Perbedaan Prasangka dan diskriminasi
      Prasangka bersumber dari suatu sikap, Diskriminasi menunjuk kepada suatu tindakan. Dalam kehidupan sehari-hari sikap berprasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu, tidak dapat dipisahkan.
Seorang yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminasi menunjuk terhadap ras yang diprasangkainya. Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa berlatar belakang pada suatu prasangkja. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang berprasangka dapat saja berprilaku tidak diskriminati.

1.1                 Sebab-sebab timbul prasangka dan diskriminasi
a.       Berlatar belakang sejarah.
b.     Dilatar belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional.
c.      Bersumber dari faktor kepribadian.
d.     Berlatar belakang dari perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama.

1.2      Daya upaya untuk mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminasi
     1.Perbaikan kondisi sosial ekonomi.
Pemerataan pembangunan dan usaha peningkatan pendapatan bagi warga Negara Indonesia yang masih tergolong di bawah garis kemiskinan akan mengurangi adanya kesenjangan-kesenjangan social antara si kaya dan si miskin.
      2.Perluasan kesempatan belajar
         Adanya usaha-usaha pemerintah dalam perluasan kesempatan belajar bagi seluruh warga Negara Indonesia, paling tidak dapat mengurangi prasangka bahwa program pendidikan terutama pendidikan tinggi hanya dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat menengah dan kalangan atas.
      3.Sikap terbuka dan lapang
Upaya menjalin komunikasi dua arah, karena masing-masing berniat membuka diri untuk berdialog, antar kelompok sosial yang mebuka diri untuk berdialog antar golongan, antar kelompok sosial yang diduga berprasangka dengan tujuan membina kesatuan dan persatuan bangsa, adalah suatu cara yang sungguh bijaksana.

2. ETNOSENTRISME
      Suatu suku bangsa, ras cenderung menganggap kebudayaan mereka sebagai salah sesuatu yang prima, riil, logis, sesuai dengan kodrat alam dan sebagainya. Segala yang berbeda dengan kebudayaan yang mereka miliki, dipandang sebagai suatu yang kurang baik, kurang estetis, bertentangan dangan kodrat alam dan sebagainya.
      Hal-hal tersebut diatas dikenal sebagai ETNOSENTRISME, yaitu kecenderungan menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak, dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
      ETNOSENTRISME nampaknya merupakan gejala sosial yang universal, dan sikap yang demikian biasanya dilakukan secara tidak sadar. Dengan demikian ETNOSENTRISME merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterprestasikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri.
      Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes. Akibatnya etnosentrisme penampilan yang etnosentrik, dapat menjadi penyebab utama kesalahpahaman dalam berkomunikasi. ETNOSENTRISME dapat dianggap sebagai sikap dasar ideologi Chauvinisme pernah dianut oleh orang-orang jerman pada zaman Nazi Hitler. Mereka merasa dirinya superior, lebih unggul dari bangsa-bangsa lain, dan memandang bangsa-bangsa lain sebagai inferior, lebih rendah, nista dsb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar