Prasangka Diskriminasi dan Etnosentrisme
1.
Perbedaan Prasangka dan diskriminasi
Prasangka
bersumber dari suatu sikap, Diskriminasi menunjuk kepada suatu tindakan. Dalam
kehidupan sehari-hari sikap berprasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu,
tidak dapat dipisahkan.
Seorang
yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminasi menunjuk
terhadap ras yang diprasangkainya. Walaupun begitu, biasa saja seseorang
bertindak diskriminatif tanpa berlatar belakang pada suatu prasangkja. Demikian
juga sebaliknya, seseorang yang berprasangka dapat saja berprilaku tidak
diskriminati.
1.1
Sebab-sebab timbul prasangka dan
diskriminasi
a. Berlatar belakang sejarah.
b. Dilatar belakangi oleh perkembangan
sosio-kultural dan situasional.
c. Bersumber dari faktor kepribadian.
d. Berlatar belakang dari perbedaan
keyakinan, kepercayaan dan agama.
1.2 Daya upaya untuk
mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminasi
1.Perbaikan kondisi sosial ekonomi.
Pemerataan pembangunan dan usaha peningkatan pendapatan bagi
warga Negara Indonesia
yang masih tergolong di bawah garis kemiskinan akan mengurangi adanya
kesenjangan-kesenjangan social antara si kaya dan si miskin.
2.Perluasan
kesempatan belajar
Adanya usaha-usaha pemerintah dalam
perluasan kesempatan belajar bagi seluruh warga Negara Indonesia,
paling tidak dapat mengurangi prasangka bahwa program pendidikan terutama
pendidikan tinggi hanya dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat menengah dan
kalangan atas.
3.Sikap
terbuka dan lapang
Upaya
menjalin komunikasi dua arah, karena masing-masing berniat membuka diri untuk
berdialog, antar kelompok sosial yang mebuka diri untuk berdialog antar
golongan, antar kelompok sosial yang diduga berprasangka dengan tujuan membina
kesatuan dan persatuan bangsa, adalah suatu cara yang sungguh bijaksana.
2. ETNOSENTRISME
Suatu
suku bangsa, ras cenderung menganggap kebudayaan mereka sebagai salah sesuatu
yang prima, riil, logis, sesuai dengan kodrat alam dan sebagainya. Segala yang
berbeda dengan kebudayaan yang mereka miliki, dipandang sebagai suatu yang
kurang baik, kurang estetis, bertentangan dangan kodrat alam dan sebagainya.
Hal-hal
tersebut diatas dikenal sebagai ETNOSENTRISME, yaitu kecenderungan
menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan sendiri sebagai suatu yang
prima, terbaik, mutlak, dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilai
dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
ETNOSENTRISME
nampaknya merupakan gejala sosial yang universal, dan sikap yang demikian
biasanya dilakukan secara tidak sadar. Dengan demikian ETNOSENTRISME merupakan
kecenderungan tak sadar untuk menginterprestasikan atau menilai kelompok lain
dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri.
Sikap
etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.
Akibatnya etnosentrisme penampilan yang etnosentrik, dapat menjadi penyebab
utama kesalahpahaman dalam berkomunikasi. ETNOSENTRISME dapat dianggap sebagai
sikap dasar ideologi Chauvinisme pernah dianut oleh orang-orang jerman pada
zaman Nazi Hitler. Mereka merasa dirinya superior, lebih unggul dari
bangsa-bangsa lain, dan memandang bangsa-bangsa lain sebagai inferior, lebih
rendah, nista dsb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar